}

Sabtu, 16 Februari 2013

PENYAKIT EREKSI PERMANEN (PRIAPISMUS)


Tidak selamanya penis yang dapat ber-ereksi lama dapat dibanggakan, ada kalanya kondisi semacam itu merupakan gejala dari suatu penyakit yang disebut penyakit priapismus.

Priapismus adalah suatu kondisi dimana terjadi ereksi berkepanjangan tanpa diikuti hasrat seksual dan biasanya sangat nyeri. Durasi waktu ereksi berkepanjangan saat ini masih kontroversial. Saat ini priapismus diasumsikan bila penis ereksi selama 6 jam atau lebih.
Nama Priapismus berasal dari nama dewa Yunani yaitu Priapus, dewa kesuburan dengan penis yang besar dan selalu ereksi. Priapismus dibedakan menjadi dua jenis yaitu low-flow dan high-flow. Priapismus jenis low-flow terjadi karena tersumbatnya aliran darah dari penis ke tubuh sehingga aliran darah yang masuk ke penis terus tertumpuk dan tidak dapat keluar. Priapismus jenis high-flow terjadi karena ada kebocoran arteri pada penis sehingga aliran darah pada penis tidak ber-sirkulasi secara normal. Priapismus merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang mebutuhkan penanganan medis secara cepat.
Priapismus dapat terjadi pada beberapa kondisi, yaitu:
  1. Pemakaian obat-obatan, seperti obat antipsikotik dan antidepresi
  2. Cedera tulang belakang
  3. Penyakit hematologi, seperti leukemia dan sickle cell disease
  4. Injeksi obat-obatan pada penis, seperti injeksi papaverine untuk pengobatan impotensi
Prinsip terapi pada priapismus adalah mengembalikan aliran darah pada penis ke tubuh secepatnya yang dapat dicapai dengan cara pemberian obat-obatan ataupun dengan cara operatif. Pemberian kompres es pada penis dapat membantu mengurangi pembengkakan. Terapi priapismus jenis low-flow dapat menggunakan sejenis obat yang disuntikkan ke dalam penis yang berfungsi untuk mengurangi aliran darah ke penis. Terapi lainnya adalah dengan cara membuang darah yang terjebak dalam penis dengan menggunakan jarum suntik. Bila cara-cara ini tidak berhasil maka dilakukan tindakan operatif.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit priapismus adalah adanya pembekuan darah dalam penis dan dapat terjadi kerusakan pembuluh darah penis yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi. Pada beberapa kasus, keadaan iskemia atau kekurangan asupan oksigen pada penis akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut gangrene yang akan merusak jaringan penis sehingga harus dilakukan amputasi pada penis.

Tidak ada komentar:

Pasang Emoticon Anda!

Posting Komentar